Wednesday, March 25, 2009

Resensi: Makalah Penyakit Hati (Qolbu) dan Psikiatri – Perspektif Kejiwaan dari Seorang Ahli Psikoanalisa Psikodinamik Prof. D. Bachtiar Lubis

Pada salah satu Acara Pertemuan Kesehatan Jiwa di Jakarta, ada sebuah makalah yang sangat berkesan bagi saya. Makalah tersebut berjudul ”Penyakit Hati (Qolbu) dan Psikiatri.” Makalah tersebut di tulis oleh Prof. D. Bachtiar Lubis, Guru Besar Psikiatri dan Ahli Psikoanalisa Psikodinamik Indonesia.
Isi makalah tersebut banyak mengupas tentang pencarian akan suatu korelasi antara penyakit hati (qolbu) yang banyak didengungkan oleh para ahli agama dengan konsep psikiatri (ilmu jiwa & perilaku). Terdapat sebuah pernyataan yang menarik dalam makalah tersebut yang berbunyi: ”Jika hubungan dengan Tuhan melonggar, melemah ataupun retak, maka dapat timbul keadaan yang disebut penyakit qalbu, yang mempunyai manifestasi klinis dalam gejala-gejala psikis.
Sebuah makalah yang mengandung banyak perspektif kejiwaan akan persoalan sakit dan agama. Isi yang terangkai dalam makalah tersebut diantaranya adalah: persoalan hati yang sehat & sakit, gejala penyakit qalbu dan perbedaannya dengan dengan sindrom gangguan jiwa psikiatris, persoalan penyakit moral, kesehatan jiwa, dan terakhir agama sebagai sumber moralitas atau sebaliknya.
Setelah saya membaca makalah beliau yang memang sarat dan penuh makna tersebut, memang terdapat suatu ketersambungan antara konsep sakit jiwa dalam pandangan agama dan kedokteran (psikiatri). Ketika membaca penuturan lugas dari makalah ini, saya seakan merasakan Atmosfir Sigmund Freud lekat di dalamnya. Kajian buku ini begitu kaya akan pembahasan ilmiah dan agama, tanpa meninggalkan esensinya beliau sebagai ahli psikoanalisa psikodinamik sejatinya. Membaca alur isi tulisan beliau, saya seperti kembali ke zaman masih jadi residen psikiatri dulu. Tulisan yang terangkai dalam makalah tersebut, rasanya boleh dan pantas saya sejajarkan dengan literatur kuno yang terkenal dari Sigmund Freud yang berjudul ”Interpretation of Dream” & ”Melancholia.”
Terdapat sebuah pertanyaan yang mengelitik dalam kesimpulan akhir dari makalah tersebut: apakah keterlibatan religi dalam terapi kasus-kasus gangguan psikiatrik (qalbu maupun non qalbu) memang cukup bermakna kemanfaatannya. Sepertinya memang masih perlu kajian penelitian yang mendalam dan tidak hanya empirik dalam menemukan benang merah antara penyakit hati (qalbu) dan psikiatri, sehingga lahir bukti yang valid berdasarkan evidence base.
Sepertinya, makalah tersebut sangat layak untuk dijadikan referensi bagi penulisan-penulisan kajian kritis tentang agama dan ilmu jiwa, karena pandangan psikiatri, psikologi, dan agama teramu menjadi satu dan terangkum secara multi disiplin.
Topik ini ibarat serpihan bab dari sebuah buku utama yang mungkin nantinya hadir dalam isi kupasan kejiwaan (psikiatri & psikologi) yang lebih banyak. Sebuah petikan tulisan dari buku master piece beliau atau menjadi textbook kelak. Sejujurnya harus saya akui, bahasa yang ditorehkan beliau dalam makalah agak berat sehingga saya harus berulang kali membacanya agar mengerti esensi yang ingin disampaikannya. Saya akan selalu menunggu tulisan-tulisan beliau yang lainnya. Terima kasih Prof D. Bachtiar Lubis, anda telah memberikan saya suatu penuntun agar mudah memahami teori-teori psikoanalisa dan psikodinamika yang memang nyata sulit dicerna.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home