Wednesday, March 25, 2009

Resensi Film Jiwa: Confession of A Sophahalic – Refleksi Kejiwaan Seorang Wanita yang Menderita Gila Belanja

Film ini terasa cukup menggelitik saya untuk ditulis kajian resensinya. Begitu banyak makna dan refleksi kejiwaan yang dapat dipetik dalam jalinan kisah dalam cerita film ini. Saat saya tulis resensinya, film Confession of A Sophaholic masih nangkring di jajaran bioskop ternama di Jakarta. Film ini mengisahkan tentang seorang wanita yang memiliki problem psikologis berupa kegilaan untuk terus berbelanja segala atribut fashion dan aksesoris untuk dilekatkan dalam penampilannya di pergaulan kota megapolitan. Dalam perspektif kejiwaan, Sophaholic adalah adanya sebuah permasalahan psikologis. Dimana terdapat dorongan yang kuat dari dalam diri untuk terus berbelanja kebutuhan pakaian dan aksesoris sehingga pribadi tersebut tidak bisa meredam keinginan untuk kegilaan berbelanjanya.
Film ini sangat menarik dan layak dijadikan sebagai morning discussion cinema bagi mahasiswa/i perkuliahan di bidang kejiwaan fakultas psikologi atau kedokteran (kuliah psikiatri). Dalam film ini ada beberapa scene adegan yang menyajikan dinamika terapi kelompok dimana pesertanya adalah orang-orang yang menderita sophaholic. Dengan penuh perjuangan untuk meredam sophaholicnya, mereka saling memotivasi masing-masing agar tidak tergiur dan kembali jatuh kepada foya-foya menghamburkan uang untuk fashion & aksesoris. Sebuah scene menarik lainnya adalah adegan saat sesi konsultasi antara tokoh utama dalam film itu dengan seorang psikiater pada sebuah pertemuan psikoterapi. Percakapan yang tersaji dalam sesi konsultasi itu, saya kira sedikit banyak akan menginspirasi para praktisi konseling (misalnya psikolog dan psikiater) dalam melakukan manajemen terhadap klien nya yang menderita sophaholic dan mengetahui instrumen pertanyaan-pertanyaan apa yang dapat di nilai untuk mendiagnosa sophaholic.
Film bagus yang saya kira sayang kalau dilewatkan begitu saja, karena melalui film tersebut kita sebagai praktisi kejiwaan dapat memahami dan mendapati gambaran ilustrasi kasus bagaimana beratnya problem psikologis dari seorang individu yang menderita sophaholic. Sungguh banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kisah film tersebut, apalagi cerita ini memang diangkat dari sebuah novel best seller di Amerika dengan judul yang sama pula. Oke, selamat menonton.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home