Tuesday, January 08, 2008

Disfungsi Seksual akibat Penyalahgunaan Narkoba

Para pencandu narkotika seringkali mempunyai anggapan yang keliru terhadap efek dari narkoba terhadap kenikmatan seks. Mereka masih menganggap bahwa zat narkotika yang dikonsumsi saat berhubungan seksual dengan pasangan dapat menghadirkan suatu sensasi seks yang berbeda dan sangat istimewa. Dalam hal ini berupa kemampuan senggama yang lebih lama, pemuasan seks yang dasyat bagi pasangan dan kenikmatan yang lebih tinggi. Anggapan yang keliru tersebut, sebenarnya muncul melalui pengaruh dari beberapa zat narkotika yang ketika digunakan memang dapat menyebabkan suatu perasaan euforia (kegembiraan) dan peningkatan kepercayaan diri serta mood dari si pemakai. Sehingga, kemudian mereka seperti menemukan suatu alat bantu yang cocok dalam meningkatkan kemampuan seksualnya dalam bentuk perasaan perkasa akibat keyakinan diri yang membumbung tinggi melalui pengaruh zat narkotika tersebut.
Zat narkotika selain mengakibatkan suatu gangguan pada kondisi fisik, ternyata juga dapat menyebabkan suatu penurunan pada libido (hasrat) dan bangkitan (nafsu) seksual apabila dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Pada kaum pria, paparan zat narkotika yang berlangsung lama dapat menyebabkan suatu permasalahan disfungsi seksual berupa gangguan kemampuan ereksi, orgasme dan ejakulasi. Berdasarkan penelitian di negara Barat, disfungsi seksual dapat di induksi oleh penggunaan alkohol atau zat seperti amfetamin (extasy), kokain, opioid (heroin), hipnotik-sedatif dan ansiolitik (benzodiazepine). Permasalahan disfungsi seksual tersebut dapat terjadi pada waktu sebulan setelah mengalami intoksikasi zat atau ketagihan zat narkotika melalui pengaruh stres yang dialami pemakainya. Penyalahgunaan zat hipnotik-sedatif, opiat dan opioid (heroin) secara jelas dapat menurunkan nafsu seksual berupa kegagalan ereksi dan penurunan libido. Alkohol, kokain dan amfetamin pada awalnya memang membuat pemakainya mengalami peningkatan energi sehingga dapat menjadi sangat aktif secara seksual. Tetapi kemudian malah timbul disfungsi seksual berupa kehilangan nafsu seksual dan ereksi.
Pada pria, efek jahat narkotika ini meliputi suatu penurunan keinginan seksual, kegagalan ereksi (impotensi), penurunan volume ejakulasi, atau ejakulasi terlambat. Efek narkoba tersebut ternyata tidak hanya menimpa kaum pria saja, tetapi kaum wanita dapat pula mengalami suatu permasalahan disfungsi seksual akibat penyalahgunaan narkotika, yaitu berupa penurunan keinginan seksual, penurunan lubrikasi (lendir) vagina, orgasme yang terhambat atau terlambat, dan penurunan atau tidak adanya kontraksi otot vagina. Selain itu, ternyata alkohol dan cannabis (ganja) juga dapat menurunkan jumlah testosteron pada pria sehingga hal tersebut dapat berpengaruh terhadap kualitas sperma yang diproduksi.
Bagi para pecandu narkotika yang ingin sembuh dari permasalahan disfungsi seksual tersebut, diperlukan suatu penyesuaian psikologis berupa sikap dan usaha agar tidak lagi berada di bawah bayang-bayang pengaruh obat-obatan narkoba diatas. Keterampilan sosial agar terbebas dari narkoba biasanya diperoleh melalui suatu bentuk terapi kelompok bantuan diri yang anggotanya adalah para eks pecandu atau junkies yang telah memiliki kesadaran penuh untuk sembuh dengan saling memberikan motivasi.
Begitu dasyatnya efek narkoba terhadap fungsi seksual pria dan wanita ini, masihkah kita berpikir dua kali untuk memutuskan sikap menjauhkan diri pribadi dari jerat barang-barang jahanam tersebut?


0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home